Saturday, December 8, 2012

Miskonsepsi dan fakta seputar Hypnosis

Sebagai seorang Praktisi Hypnosis dan Hypnotherapy, saya seringkali menerima pertanyaan yang berkaitan dengan miskonsepsi seputar Hypnosis yang banyak beredar di masyarakat. Maka, pada kesempatan ini saya akan menjelaskan mengenai miskonsepsi tersebut dan fakta-faktanya.

Berikut adalah miskonsepsi seputar Hypnosis yang banyak beredar di masyarakat:
1.       Hypnosis dapat terjadi karena kekuatan sang Hypnotist.
Miskonsepsi yang banyak beredar adalah bahwa Hypnosis terjadi karena adalanya "kekuatan" sang penghipnotis.  Sehingga seolah-olah para Praktisi Hypnosis mempunyai kekuatan khusus yang bisa membuat Subyeknya menjadi "takluk" dihadapannya. Faktanya adalah bahwa Hypnosis dapat terjadi karena adanya kemauan dari Subyek sendiri. Dengan kata lain, seseorang hanya dapat dihipnotis apabila ia tidak menolak proses Hypnosis itu sendiri.

2.      Hanya orang-orang yang berpikiran lemah yang dapat dihipnotis.
Banyak beredar di masyarakat bahwa orang-orang yang di”hipnotis” di jalan-jalan bisa terjadi karena mereka memiliki pikiran yang lemah. Bahkan ada beberapa orang yang memberikan “tips” bahwa untuk menghindari hipnotis, pikiran harus fokus. Faktanya adalah Hypnosis bisa terjadi justru pada saat pikiran bergeser dari multi fokus kepada fokus tunggal. Sehingga semakin fokus seseorang, semakin mudah ia untuk dihipnotis. Selain itu, orang-orang yang memiliki pikiran “lemah”, seperti orang kurang waras, mabuk, depresi, dll justru lebih sulit untuk memasuki kondisi Hypnosis karena kemampuan untuk fokusnya sangat lemah.

3.      Dalam kondisi terhipnotis, seseorang akan mengatakan atau melakukan sesuatu diluar kehendaknya.
Dalam sebuah tayangan di televisi, diperlihatkan bahwa seseorang yang berada di dalam kondisi Hypnosis mengatakan hal-hal yang sepertinya diluar kehendaknya. Bahkan tidak jarang diperlihatkan orang-orang tersebut melakukan hal-hal yang diluar kehendaknya pula. Faktanya adalah dalam kondisi Hypnosis seseorang tetap memiliki kendali atas pikirannya sendiri. Sehingga apa yang dikatakan atau dilakukannya sama sekali bukan diluar kehendak Subyek, tetapi karena ada sugesti tertentu yang membuat Subyek merasa lebih berani untuk mengatakan atau melakukan hal-hal tertentu pada saat berada dalam kondisi Hypnosis dibanding pada saat berada dalam kondisi normal.

4.      Pada saat dihipnotis seseorang akan kehilangan kesadaran.
Ini adalah mitos yang paling umum beredar di masyarakat. Pada saat dihipnotis, Subyek akan kehilangan kesadaran, sehingga akan kehilangan kendali atas pikirannya sehingga akan “menurut” pada saat diminta untuk melakukan sesuatu. Faktanya adalah dalam proses Hypnosis, Subyek tidak akan kehilangan kesadaran melainkan membuka akses ke pikiran bawah sadar. Untuk menghilangkan kesadaran seseorang, tidak dibutuhkan metode Hypnosis.

5.      Seseorang dapat terjebak dalam kondisi Hypnosis.
Salah satu ketakutan Klien saya pada saat akan memulai sesi Hypnotherapy adalah bahwa ia akan terjebak dalam kondisi Hypnosis dan tidak akan pernah bangun kembali. Faktanya adalah Hypnosis sama sekali bukan tidur sehingga Subyek memang tidak perlu untuk bangun. Kedua, semenjak Hypnosis diformulasikan pada tahun 1800an sampai saat ini, belum ada satu orangpun yang terjebak dalam kondisi Hypnosis. Ketiga, pada saat seseorang berada dalam kondisi Hypnosis dan tidak mendengar kata-kata dari Praktisi Hypnosis yang membimbingnya, maka dalam waktu tertentu ia akan “bangun” dengan sendirinya atau akan memasuki kondisi tidur normal.

Lima hal di atas adalah miskonsepsi yang umum ditanyakan oleh Klien saya. Semoga dengan penjelasan ini dapat membawa pencerahan kepada masyarakat luas mengenai Hypnosis.